Minggu, 23 Oktober 2011

MENGENAL KAMUS ARAB-INDONESIA MAHMUD YUNUS

Kamus Arab-Indonesia Mahmud Yunus
H. Ilyas Rifai, MA.

Pendahuluan
Agama Islam adalah agama yang sangat kental dengan pemakaian bahasa Arab. Hal ini kita pahami, dimana bahasa Arab dipakai dalam banyak aktifitas kaum Muslimin, dalam ibadah khususnya dan dalam mempelajari dan mendalami ajaran-ajaran Islam pada umumnya. Seperti ketika kita shalat, berpuasa, berhaji, berwudlu, dan ibadah-ibadah lainnya. Oleh karena itu, bahasa Arab sangatlah penting untuk kita pelajari, kita pahami dan kita ajarkan, karena mempelajari kaidah bahasa Arab merupakan sarana untuk dapat memahami ajaran-ajaran Islam.
Belajar bahasa asing termasuk bahasa Arab memerlukan alat penunjang yang antara lain adalah kamus. Barangkali kesulitan-kesulitan yang terjadi dalam pembelajaran bahasa Arab dalam masalah kebahasaan dapat diatasi dengan bantuan kamus.
Sejarah perkamusan di Indonesia terus berkembang dari masa ke masa. Saat ini terdapat banyak ragam karya leksikografi yang berkembang, baik itu termasuk kamus eka bahasa, dwibahasa, bahkan multi bahasa. Salah satu kamus yang banyak digunakan oleh para pelajar bahasa Arab di Indonesia adalah Kamus Arab-Indonesia karangan Mahmud Yunus yang lebih dikenal dengan sebutan Kamus Mahmud Yunus. Pada makalah ini penulis mencoba untuk mengungkap lebih jauh tentang sejarah kamus Arab-Indonesia tersebut, biografi Mahmud Yunus, serta karakteristik kamusnya, dengan harapan mudah-mudahan pembahasan ini akan menambah wawasan kita khususnya tentang kamus Arab-Indonesia. Namun sebelum itu, untuk lebih memantapkan pembahasan ini, perlu kiranya penulis paparkan sekilas tentang hakikat kamus.

Sekilas tentang Hakikat Kamus
Arti Kamus. Kata ”kamus” bukanlah bahasa Indonesia asli, melainkan diserap dari bahasa Arab ”qamus” dengan bentuk jamaknya ”qawamis”. Kata ini pun pada dasarnya berasal dalam bahasa Yunani ”okeanus” yang berarti ”lautan”. Kamus merupakan buku acuan yang memuat kata dan ungkapan, biasanya disusun menurut abjad berikut keterangan tentang makna, pemakaian dan terjemahannya.
Kamus berguna membantu para pemakai untuk mengenal kata-kata baru berikut maknanya. Selain menerangkan makna kata, kamus juga memuat cara-cara mengungkapkan kata tersebut, menerangkan asal kata serta memberikan contoh-contoh penggunaannya dalam masyarakat. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Samuel Johnson, penyusun Dictionary of the English Language, bahwa fungsi kamus adalah untuk memelihara kemurnian bahasa. Sedangkan Dr. Hamid Shadik Qatibi memandang kata kamus merupakan sinonim dari kata mu’jam dan memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut: 1) menemukan makna sebuah kata, 2) menetapkan pelafalan dan cara pengucapan, 3) menetapkan ejaan, 4) menelusuri asal usul sebuah kata, 5) membedakan antara kata yang tak lazim dan tak terpakai serta menjelaskan kata-kata yang murni dan serapan, 6) mengetahui sinonim dan antonim, 7) penggunaan kata-kata sastra dan peribahasa, 8) pengetahuan yang bersifat ensiklopedis.
Macam-macam Kamus. Secara umum, macam-macam kamus dapat dilihat dari beberapa segi antara lain: ruang lingkup isinya, penggunaan bahasanya, sifatnya, ukurannya dan ciri khususnya. Berdasarkan ruang lingkup isinya, kamus terbagi menjadi kamus umum dan kamus khusus. Kamus umum adalah kamus yang memuat segala macam topik yang ada dalam sebuah bahasa, sedangkan kamus khusus hanya memuat kata-kata dari suatu bidang tertentu. Kamus khusus ini memiliki beberapa jenis antara lain: 1) kamus istilah, yakni kamus yang menjelaskan istilah-istilah khusus dalam bidang tertentu, 2) kamus etimologi, yaitu kamus yang menerangkan asal usul suatu kata, 3) kamus peribahasa, yaitu kamus yang menerangkan maksud suatu peribahasa, 4) kamus kata nama khas, yaitu kamus yang hanya menyimpan kata-kata khas (nama tempat, nama tokoh, nama institusi, dll.).
Berdasarkan sifatnya, kamus terbagi kepada kamus standar dan kamus non-standar. Kamus standar adalah kamus yang diakui dan memuat kata-kata yang standar dalam suatu bahasa, sedangkan kamus non-standar yaitu kamus yang memuat kata-kata yang bukan standar.
Berdasarkan penggunaan bahasanya, kamus terbagi tiga macam, yaitu kamus ekabahasa, kamus dwibahasa, dan kamus multibahasa. Kamus ekabahasa adalah kamus yang hanya menggunakan satu bahasa saja. Kata-kata (entry) yang dijelaskan dan penjelasannya terdiri dari bahasa yang sama. Kamus dwibahasa adalah kamus yang menggunakan dua bahasa, yakni kata masukan yang ada dalam kamus diberi padanan atau maknanya dalam bahasa lain. Sedangkan kamus multibahasa adalah kamus yang sekurang-kurangnya menggunakan tiga bahasa atau lebih.
Sedangkan berdasarkan sifatnya, kamus terbagi ke dalam kamus mini, kamus kecil, dan kamus besar. Kamus mini sering disebut dengan kamus saku, karena bentuknya yang kecil dan bisa diisimpan di dalam saku, biasanya tebalnya kurang dari 2 cm. Kamus kecil memiliki ukuran yang tidak terlalu besar, tetapi lebih besar daripada kamus saku. Kamus ini memiliki sifat bisa dibawa ke mana-mana. Sementara kamus besar biasanya dapat memuat segala leksikal yang terdapat dalam suatu bahasa. Setiap kata yang dijelaskan maksudnya secara lengkap dan biasanya ukurannya besar dan sulit untuk dibawa ke mana-mana.

Biografi Mahmud Yunus
Mahmud Yunus dilahirkan di desa Sungayang, Batusangkar, Sumatra Barat, tepatnya pada hari Sabtu 10 Pebruari 1899 (30 Ramadlan 1361). Beliau merupakan salah seorang pembaharu pengajaran bahasa Arab di Indonesia. Ia lahir dari keluarga tokoh agama yang cukup terkemuka. Ayahnya bernama Yunus bin Incek, sedangkan ibunya bernama Hafsah binti Imam Samiun yang merupakan anak Engku Gadang M. Tahir bin Ali, seorang ulama besar di Sungkayang Batusangkar.
Sejak kecil, Mahmus Yunus dididik dalam lingkungan agama. Dia tidak pernah masuk di sekolah umum. Ketika menginjak usia tujuh tahun (1906), ia mulai belajar al-Quran serta ibadah lainnya. Gurunya adalah kakeknya sendiri, yaitu M. Thahir. Ia sempat menimba ilmu selama tiga tahun di sekolah desa, tahun 1908. Namun saat duduk di kelas IV, dia merasa tidak betah lantaran seringnya pelajaran kelas sebelumnya diulangi. Dia pun memutuskan untuk pindah ke madrasah yang berada di Surau Tanjung Pauh yang bernama Madras School, asuhan Syeikh HM. Thalib Umar, seorang tokoh pembaharu Islam di Minangkabau. Berkat ketekunan dalam waktu empat tahun saja, Mahmud Yunus telah sanggup mengajarkan beberapa kitab, antara lain Mahalli, al-Fiyah, dan Jam’ul Jawami’. Dan melalui karya-karya gurunya itu, Mahmud dapat menyerap semangat pembaharuan yang dibawa.
Saat Mahmud belajar di Madras School antara tahun 1917-1923, di Minangkabau tengah tumbuh gerakan pembaharuan Islam yang dibawa oleh para alumni Timur Tengah. Umumnya pembaharuan Islam terwujud dalam dua bentuk; pirifikasi dan modernisasi. Adapun gerakan yang dilakukan oleh para alumni adalah gerakan purifikasi, yakni gerakan untuk mengembalikan Islam ke zaman awal Islam dan menyingkirkan segala tambahan yang datang dari zaman setelahnya.
Mahmud Yunus mulai terlibat dalam gerakan pembaharuan saat berlangsungnya Rapat Besar Ulama Minangkabau tahun 1919 di Padang panjang. Dia diminta untuk mewakili gurunya. Pertemuan itu secara langsungmaupun tidak langsung memperngaruhi pola pemikiran pembaharuan Mahmud Yunus, terutama berkat pandangan-pandangan yang dikemukakan sejumlah tokoh pembaharu seperti Abdullah Ahmad serta Abdul Kamir Amrullah (Hamka). Bersama staf pengajar lainnya yang aktif di gerakan pembaharuan, tahun 1920 Mahmud membentuk Perkumpulan Pelajar Islam di Sungayang yang bernama Sumatra Thawalib. Salah satu kegiatan kelompok ini adalah menerbitkan Majalah Al-Basyir dengan Mahmud Yunus sebagai pemimpin redaksinya. Interaksi yang kian intens dengan gerakan pembaharu, mendorongnya untuk menimba ilmu lebih jauh di Mesir.
Berkat kegigihannya, Mahmud Yunus akhirnya dapat menimba ilmu ke Al-Azhar, Kairo, Mesir tahun 1924. Di sana ia mempelajari ilmu ushul fiqih, ilmu tafsir, fiqih Hanafi, dan sebagainya. Mahmud Yunus adalah seorang mahasiswa yang cerdas. Hanya dalam tempo satu tahun, ia berhasil mendapatkan Syahadah Alimiyah (Akta Mengajar) dari Al-Azhar dan menjadi orang Indonesia kedua yang memperoleh predikat itu. Sekalipun sudah mendapatkan ijazah, namun beliau merasa belum cukup dengan apa yang telah diperolehnya lantaran peningkatan pengetahuan umumnya belum terpenuhi. Dia pun berkeinginan untuk menajutkan studinya ke Madrasah Darul Ulum yang memang mengajarkan pengetahuan umum. Mahmud Yunus kemudian meneguhkan diri untuk mengikuti seluruh persyaratan yang diminta dan terbukti mampu memenuhinya. Dia dimasukkan sebagai mahasiswa di kelas bagian malam. Semua mahasiswanya berkebangsaan Mesir kecuali Mahmud Yunus. Dia tercatat sebagai orang Indonesia pertama yang masuk di Darul Ulum, Kairo.
Tahun 1929, dia mendapat Ijazah Diploma Guru dengan spesialisasi bidang Ilmu Pendidikan. Setelah itu, dia kembali ke kampung halamannya di Singayang, Batusangkar. Gerakan pembaharuan di Minagkabau saat itu semakin berkembang. Hal ini sangat menggembirakan Mahmud Yunus. Pada tahun 1931, ia pun mendirikan dua Lembaga Pendidikan Islam di Padang. Di dua lembaga inilah ia menertapkan pengetahuan dan pengalamannya yang didapai di Darul Ulum, Kairo. Dua penekanan dalam pembaharuan Mahmud Yunus di lembaga pendidikanya yakni pengenalan pengetahuan umum dan pembaharuan pengejaran bahasa Arab. Pengajaran pengetahuan umum di sekolahnya sebenarnya tidaklah baru, tahun 1909 Abdullah Muhammad sedah mengajarkan ilmu berhitung dan bahasa Eropa di Adabiyah School. Sementara Mahmud menambahkan beberapa pelajaran umum semisal ilmu alam, hitung dagang, dan tata buku.
Profesi sebagai guru semenjak masih menjadi pelajar di Surau Tanjung Pauh sudah ia geluti. Kemampuannya bahkan semakin menonjol terutama setelah ia kembali dari Mesir. Secara terus menerus Mahmud Yunus mengajar dan memimpin berbagai lembaga pendidikan, yakni pada al-Jami’ah al-Islamiyah Batusangkar (1931-1932), Kulliyah Mu’allimin Islamiyah Normal Islam Padang (1932-19460, Akademi Pamong Praja di Bukit Tinggi (1948-1949), Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA) Jakarta (1957-1980), menjadi Dekan dan Guru Besar pada Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta (1960-1963), Rektor IAIN Imam Bonjol Padang (1966-1071). Atas jasa-jasanya di bidang pendidikan ini, pada 15 Oktober 1977, Mahmud Yunus memperoleh gelar Doctor Honoris Causa di bidang Ilmu Tarbiyah dari IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Banyak tulisan yang yelah dihasilkan oleh Mahmud Yunus dalam berbagai bidang, seperti pendidikan, bahasa Arab, fiqih, ushul fiqih, tafsir, akhlak, sejarah, perbandingan agama, ilmu jiwa, dakwah, yang ia tulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Arab. Sejak awal tahun 1970, kesehatan Mahmud Yunus mulai menurun, dan sering bolak-balik masuk rumah sakit. Akhirnya, pada tanggal 18 Januari 1983, dalam usia 83, beliau berpulang ke Rahmatullah di kediamannya, kelurahan Kebon Kosong, Jakarta Pusat, dan dimakamkan di pemakaman IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Adapun karya-karya Mahmud Yunus antara lain:
1. Akhlak, untuk Aliyah
2. Alif Ba Ta wa Juz Amma
3. Allah dan Mahluk-Nya: Ilmu Tauhid menurut Al-Quran
4. Al-Mukhtarat li al-Muthala’ah wa al-Mahfudzat
5. At-Tarbiyah wa at-Ta’lim
6. Beberapa Kisah Pendek, untuk SD
7. Beriman dan Berbudi Pekerti, untuk SD
8. Dasar-dasar Negara Islam
9. Do’a-do’a Rasulullah, untuk Tsanawiyah
10. Haji ke Mekkah, untuk SD
11. Hukum Perkawinan dalam Islam, 4 Mazhab.
12. Hukum Warisan dalam Islam, untuk Aliyah
13. Ilmu Jiwa Kanak-kanak
14. Ilmu Mushthalahul Hadits, bersama H. Mahmud Aziz
15. Ilmu Perbandingan Agama
16. Juz Amma dan Terjemahnya
17. Kamus Arab-Indonesia
18. Kesimpulan Isi Al-Quran, untuk Muballigh/Umum
19. Kumpulan Do’a
20. Lagu-lagu Pendidikan Agama/Akhlak, bersma Kasim St. M. Syah
21. Mabadi al-Fiqhu al-Wadhih
22. Manasik Haji untuk Orang Dewasa
23. Marilah ke Al-Quran, untuk Tsanawiyah/PGA bersama H. Ilyas M. Ali
24. Metodik Khusus Bahasa Arab, Fak. Tarbiyah/PGAA
25. Metodik Khusus Pendidikan Agama, Fak. Tarbiyah/PGAA
26. Moral Pembangaunan dalam Islam, untuk Aliyah
27. Muhadatsah al-Arabiyyah
28. Muhadharat al-Israiliyyat fi at-Tafsir wa al-Hadits
29. Pedoman Dakwah Islamiyyah
30. Pelajaran Huruf Al-Quran
31. Pelajaran Sembahyang untuk Orang Dewasa
32. Pendidikan di Negara-negara Islam dan Intisari Pendidikan Barat
33. Pengetahuan Umum Ilmu Mendidik, bersama St. M. Said
34. Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran, Fak. Tarbiyah/PGAA
35. Puasa dan Zakat, untuk SD
36. Riwayat Rasul Dua Puluh Lima, bersama Rasyidin/Zubir Usman
37. Sejarah Islam di Minagkabau
38. Sejarah Pendidikan Islam
39. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia
40. Soal Jawab Hukum Islam
41. Surat Yasin dan Terjemahannya (Arab Melayu)
42. Tafsir Al-Fatihah
43. Tafsir al-Quran (30 juz)
44. Tafsir Ayat Akhlak
45. Terjemah Tafsir al-Quran
46. Tarikh al-Fiqhu al-Islami
47. Tarikh al-Islam
48. Al-Adyan
49. Mudzakarat Ushul al-Fiqh
50. Durus at-Tauhid
51. Ilmu an-Nafs
52. Beberapa Kisah Nabi dan Khalifahnya
53. Asy-Syuhuru al-Arabiyyah fi Biladi al-Islamiyyah
54. Khulashah Tarikh al-Ustaz Mahmud Yunus
55. Durus al-Lughah al-Arabiyyah ’ala Thariqati al-Haditsah Jilid 1-2
56. Kamus al-Quran Jilid 1-2
57. Al-Fiqhu al-Wadhih Jilid 1-3
58. Durus al-Lughah al-Arabiyyah Jilid 1-3
59. Pemimpin Pelajaran Agama Jilid 1-3, untuk SMP
60. Keimanan dan Akhlak Jilid 1-4, untuk SD
61. Marilah Sembahyang Jilid 1-4, untuk SD
62. Pelajaran Bahasa Arab Jilid 1-4.

Kamus Mahmud Yunus
Sebelum menyusun Kamus Arab-Indonesia, pada tahun 1930 saat Mahmud Yunus menuntut ilmu di Al-Azhar Kairo, beliau sempat menyusun kamus yang dinamai Kamus al-Zahabi. Kamus ini adalah kamus Arab-Melayu dan bisa dikatakan bahwa kamus Mahmud Yunus merupakan kamus pertama yang dihasilkan oleh putra Indonesia. Sementera kamus Arab-Indonesia Mahmud Yunus baru beliau susun pada tahun 1972. Kamus ini disusun saat Mahmud Yunus telah kembadi dari Mesir.
Penyusunan kamus ini dilatarbelakangi oleh tuntutan dari masyarakat, guru-guru dan para pelajar agar mencentek ulang kamus Zahabi supaya dapat membantu mereka dalam belajar bahasa Arab. Namun dengan beberapa pertimbangan, penyusun keberatan untuk mencetak ulang kamua al-Zahabi karena dirasa banyak kekurangannya. Hal inilah yang mendorong beliau untuk menyusun kamus Arab-Indonesia. Keputusan Mahmud Yunus untuk menyusun kamus Arab-Indonesia tampaknya tepat sebagai pengganti untuk mencetak kamus Arab-Melayu, dimana saat itu masyarakat Indonesia sudah hidup dalam alam kemerdekaan dan telah menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara dan bahasa nasional. Dan hampir seluruh pelajar di seluruh pelosok nusantara mengenal dan menggunakan kamus ini. Karena ukurannya yang sedang dan ringan memudahkannya untuk dibawa ke mana-mana.

Sistematika Kamus Mahmud Yunus
Dalam penyusunan kamus ini, penyusun menyajikan pendahuluannya dengan bahasa Indonesia yang memakai huruf Latin. Kamus ini secara umum cocok digunakan untuk para pemula dan siapa saja yang hendak belajar bahasa Arab, meskipun mereka belum mahir dlam ilmu sharaf. Dalam kamus ini, selain berisi kata-kata Arab baru, diterangkan juga tafsir-tafsif sulit yang tidak dapat diketahui dengan kaidah-kaidah (wazan-wazan) ilmu sharaf, melainkan harus dihafal dan didengar dari orang Arab asli (kata-kata sama’i).
Dalam susunannya, kamus ini menetapkan lema (entry) dalam bentuk fi’il madhi, sehingga pencarian kata dalam bentuk apapun harus dikembalikan ke dalam bentuk asalnya (fi’il madhi). Misalnya kalau ingin mencari kata دَرْسٌ, مُدَرِّسٌ, atau مَدْرَسَةٌ, maka pencarian kata tersebut harus berangkat dari entri دَرَسَ. Sehingga penguna kamus (pelajar) tidak menjadi kesulitan dengan pola seperti ini walaupun mereka belum mempelajari ilmu sharaf. Menurut Mahmud Yunus, yang memudahkan bahasa Arab adalah karena bahasa itu mempunyai wazan-wazan (neraca, timbangan). Apabila wazan-wazan itu dihafal, maka dapat diketahui kata-kata lain dengan cara mengkiaskan dan mencontohkan kepada wazan itu.
Bahasa lema kamus ini adalah bahasa Arab dan bahasa penjelasnya adalah bahasa Indonesia. Kamus ini ukurannya sedang dan ringan sehingga mudah untuk digunakan dan dibawa ke mana-mana. Sebegai pelengkap, pada kamus ini terdapat kosa kata bergambar yang disajikan menurut kelompok katanya. Hal ini dapat membantu para pelajar untuk belajar bahasa Arab secara visual tanpa perlu menghafalkan mufradat dan dapat membedakan satu makna kata dengan makna lainnya, contoh dalam kata كِتابٌ dan سَبُّورَةٌ. Kosa kata bergambar ini terletak antara pendahuluan dan bab alif sebagaimana dalam kamus al-Marbawi.
Sebagai pelengkap lainnya, pada bagian akhir kamus ini dilengkapi dengan Cara Penggunaan Kamus, Daftar Kata-kata Singkatan, dan Daftar Pustaka yang menjadi rujukan kamus tersebut.

Karakteristik Kamus Mahmud Yunus
Kamus Mahmud Yunus memiliki beberapa karakterisatik, antara lain:
1. Menyebutkan fi’il dan mashdar-nya
Contoh: melayani خَدَمَ يَخْدُمُ خِدْمَةً (Mahmud Yunus: 114)
2. Menjelaskan dua arti, yakni arti sharaf dan arti kamus
Contoh: penduduk (yang mendiami) سَاكِنٌ (Mahmud Yunus: 174)
3. Adanya penambahan na’at dan idhafat
Contoh: sekolah rendah مَدْرَسَةٌ اِبْتِدَائِيَّةٌ
sekolah SMP مَدْرَسَةٌ إِعْدَارِيَّةٌ
sekolah SMA مَدْرَسَةٌ ثَانَوِيَّةٌ
penjaga sekolah خَادِمُ المَدْرَسَةِ
kelas sekolah فَصْلُ المَدْرَسَةِ
direktur sekolah مُدِيْرُ المَدْرَسَةِ (Mahmud Yunus: 126)
4. Menyebutkan macam-macam makna kata sesuai konteks
Contoh: mengajak (kepada) دَعَا إِلَى
mendo’akan kejahatan دَعَا عَلَيْهِ
mendo’akan kebaikan دَعَا لَهُ (Mahmud Yunus: 127)
5. Menyebutkan satu kata dalam beberapa wazan
Contoh: mengetahui sesuatu عَلِمَ
mengajarkan, melatih عَلَّمَ
memberi tahu أَعْلَمَ
belajar, mengaji تَعَلَّمَ
meminta mengetahui اِسْتَعْلَمَ (mahmud Yunus: 277)
6. Menyebutkan sinonim (mutaradif)
Contoh: melatih عَلَّمَ (هَذَبَ) (Mahmud Yunus: 277)
7. Menyebutkan bentuk jama’ taksir-nya
Contoh: ilmu pengetahuan عِلْمٌ جـ عُلُوْمٌ
yang berilmu, alim عَالِمٌ جـ عُلَمَاءُ (Mahmud Yunus: 278)
8. Menyebutkan muannats-nya
Contoh: yang menuntut, yang meminta طَالِبٌ م طَالِبَةٌ (Mahmud Yunus: 238)

Sumber-sumber Kamus Mahmud Yunus
Dalam menyusun kamus Arab-Indonesia ini, Mahmud Yunus merujuk kepada beberapa kamus sebelumnya, antara lain:
1. Al-Mishbah al-Munir, Ahmad al-Muqri
2. Al-Mu’jam al-Washith, Majma al-Lughah al-Arabiyah
3. Al-Mufradat fi Gharib al-Quran, Al-Raghib al-Ashfahani
4. Al-Qamus al-Ashri, Elias A. Elias
5. Kalimat al-Quran, Hasanain M. Makhluf
6. Kamus al-Zahabi, Mahmud Yunus/HMK Bakry
7. Kamus Arab-Melayu, Muhd. Fadhlullah/Th. Brondgeet
8. Kamus Idris al-Marbawi, Mhd Idris al-Marbawi
9. Kamus Modern Bahasa Indonesia, St. Mohd. Zain
10. Kamus Umum Bahasa Indonesia, WJS Poerwadarminta
11. Kamus Umum Inggris-Indonesia, S. Wojosawito dkk.

Kesimpulan
Kamus merupakan penopang utama dalam belajar bahasa Arab. Kamus berguna membantu para penggunanya untuk mengenal kata-kata baru, maknanya, serta penjelasan-penjelasan lainnya yang berkaitan dengan suatu kata.
Kamus Kamus Arab-Indonesia Mahmud Yunus adalah kamus Arab-Indonesia yang pertama disusun oleh orang Indonesia pada tahun 1972. Kamus ini disusun sekembalinya beliau menuntut ilmu di Universitas Al-Azhar Kairo. Kamus ini merupakan penyempurna dari kamus Arab-Melayu Az-Zahabi yang beliau susun sebelumnya. Kamus Arab-Indonesia ini adalah kamus yang sangat populer di kalangan pelajar bahasa Arab di Indonesia, di samping mudah dalam menggunakannnya, juga karena ukurannya yang sedang sehingga mudah untuk dibawa ke mana-mana sehingga tidak heran apabila hampir seluruh pelajar di seluruh pelosok nusantara mengenal dan menggunakan kamus ini. Sekalipun kamus ini sudah lama tetapi hingga saat ini belum berhenti di cetak karena masih banyaknya peminat dan pengguna kamus ini.

Referensi
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, Hidakarya Agung, Jakarta, 1990.
Moh. Mansyur & Kustiwan, Dalil al-Katib wa al-Mutarjim: Pedoman bagi Penerjemah Arab-Indonesia Indonesia-Arab, Asma Publishers, Jakarta, 2002
Syarif Hade Masyah, Teknik Menerjemah Teks Arab 1, Trans Pustaka, Tangerang, 2005.
Syihabudin, Penerjemahan Arab Indonesia: Teori dan Praktek, Humaniora, Bandung, 2005.

http://irhashshamad.blogspot.com/2008/12
http://pusat-akademik.blogspot.com/2208/10
http://muslim.or.id
http://jaguarspsuinjkt.blogspot.com/2008/11/sejarah-perkamusan-i-indonesia.html

1 komentar:

  1. Sangat bermanfaat untuk tholabul'ilmi seperti saya...
    Sykuron jazilan...

    BalasHapus